May 30, 2012

#Day24 – 7 Tahap Sukses Hitchhiking

Menuju Observatorium Boscha  (dari kiri: Putri, Santi, Ainun)

Rasanya saya senang sekali bisa melakukan hitchhike yang resmi!  

Resmi? Semacam pake surat izin hitchhiking gitu? lol. Sebenarnya, hitchhike itu nama keren dari nebeng berkendara. Ini biasanya dilakukan para backpacker yang mau menghemat biaya transportasi atau memang karena kehabisan ongkos di tengah perjalanan ataupun karena alasan tertentu yang menyebabkan seseorang tersesat di suatu tempat.

Saya dan hitchhike adalah sahabat lama. Dulu waktu SMP kelas 1, sepulang sekolah, saya dan teman-teman juga suka nebeng-nebeng gitu sama bapak-bapak yang bawa mobil truk atau kol buntung yang hendak masuk ke kampung kami. Jarak dari rumah dan sekolah saya waktu itu lumayan jauh sekitar 2 kilometer. Untuk nebeng berkendara kami tidak selalu melambai-lambai tangan kepada pengemudi mobil yang lewat. Sepeti bisa membaca muka-muka letih kami, biasanya bapak pengemudi akan memperlambat laju mobilnya, kemudian kami beramai-ramai akan naik atau sekedar nangkel di mobilnya dan melompat turun sembarangan ketika mobilnya masih jalan. JANGAN TIRU ADEGAN INI! 

Saya cuma berhasil satu-dua kali nebeng mobil bak terbuka yang lewat. Di banyak kesempatan kakak laki-laki saya akan kesal karena saya pake rok panjang dan ga bisa ikutan ngejar truk dan ikutan nangkel (ini bahasa apa sih sebenernya?). Tapi akhirnya dia yang ngalah, melihat saya kewalahan ngejar, dia lompat turun dari truk, dan memutuskan berjalan bersama saya sampai rumah. Thank you, bro!

Waktu di Lembang kemarin saya dan teman-teman niat banget pengen nyoba hitchhike, walaupun sebenernya ada angkot lewat. Berhubung kami punya banyak waktu dan tidak terburu-buru, mencari tumpangan gratis sangat menarik untuk dicoba. Terlebih di daerah sesejuk dan seramah Lembang, tidak ada hambatan sama sekali. Memetik pelajaran masa SMP dan pengalaman hitchhike pas ke Lembang, saya membuat beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam melakukan hitchhike.

  • Pertama dan yang terpenting adalah niat. Solat aja butuh niat, apalagi hitchhiking. Okesip. Nah ini juga penting karena satu tolakan dari satu, dua, tiga mobil akan menciutkan niat kita untuk hitchhiking (kecuali kalo emang kepepet).
  • Perhatikan wilayah dimana kamu bisa menemukan banyak mobil lewat, biasanya mobil bak terbuka lebih berpeluang besar dijadikan tumpangan, terlebih jika kamu bersama rombongan besar. Nah kebetulan kemarin saya beserta teman-teman (berempat) dengan mudahnya bertemu mobil bak terbuka di Lembang, dan kosong sehabis mengantarkan sayur-mayur atau tanaman hias. 
  • Julurkan tangan dengan jempol terangkat (atau dengan gaya apapun) ke arah mobil yang dikehendaki. 
  • Lakukan poin sebelumnya kepada sebanyak-banyaknya mobil yang lewat dan sekiranya berpeluang besar untuk dinaiki. Maksudnya, kalo ada BMW atau Mercedes lewat, ga usah digaet juga, cuy. Semakin banyak mencoba, semakin banyak juga peluang dapat tebengan. Ingat hukum probabilitas; akan ada 2 kesempatan dalam 10 kali percobaan. Di Lembang kami juga tak jarang menemukan pengemudi yang menolak untuk di-tebengi, mungkin karena terburu-buru. Ya, intinya optimis dan pantang menyerah.
  • Setelah dapat mobil, jangan lupa bertanya tentang tujuan si bapak pengemudi dan cocokkan dengan tujuan kalian, supaya bisa berdiskusi dulu gimana baiknya hubungan kalian kedepannya *eh. Jangan sampe kalin dibawa ketempat yang aneh-aneh dan berakhir dengan judul berita di pojokan koran. *halah!
  • Berterimakasihlah setelah turun dari mobilnya.
  • Serta lambaikan tangan setelahnya (ini opsional).
Share:

2 komentar:

Nemo said...

Bukan koran Kompas Ki, tapi PosKota paling banter koran Lampu Merah hahaha

Ops Amit amit yaaah

the trouble said...

Harga diri bu... Kapan lagi masuk kompas. *ehh