October 19, 2015

Perpustakaan Aldiko-nya Uki #2

Halo! Kalo postingan perpustakaan saya yang pertama isinya tentang novel dengan tokoh anak sekolaan semua, kali ini ulasan novelnya ga jauh beda. Saya cenderung lebih suka baca novel remaja karena lebih banyak pembelajaran positif yang diangkat ketimbang isi novel dewasa. Novel remaja biasanya berkutat seputar isu kepercayaan diri, kenakalan remaja, permusuhan, tapi ujungnya ada penyelesaian. Sementara novel dewasa lebih banyak mengekspos adegan seksual yang menampilkan kebrengsekan tokoh pria dan kebodohan tokoh wanita yang terlibat di dalamnya, kemudian berakhir bahagia. Ini maksudnya genre young-adult ya, bukan dewasa dalam artian yang engga-engga. Ada satu-dua novel dewasa yang buat saya ceritanya lumayan bagus dan menarik. Tapi di sesi dua ini saya masih mau mengulas novel remaja. Cekidot.

  • A Really Awesome Mess oleh Trish Cook dan Brendan Halpin
Diceritakan lima orang anak bertemu di semacam-panti-rehab buat anak-anak bermasalah, Heartland Academy. Saya ga tau deh kalo di Indonesia ada ga ya yayasan atau tempat semacam ini? *penasaran*
Misalnya nih, tokoh Justin yang dimasukin ke panti ini sama bapaknya karena bawa perempuan yang baru kenal, dan kepergok sedang melakukan oral sex di rumahnya dan ketauan bapaknya. Si Justin baru yang baru 16 tahun ini dijebloskanlah ke Heartland Academy. Di sini Justin harus mengikuti beberapa sesi terapi, di antaranya kelas sexual reactivity dan kelas anger management.
Di Heartland Academy masing-masing pasien punya pembimbing yang berhak menentukan mereka naik level atau tidak. Oh, dan ada 6 level yang harus dicapai untuk keluar dari Heratland Academy. Level ini bisa turun, kalo pasien dianggap melakukan pelanggaran.
Keberadaan dan sistem di Heartland Academy ini sih yang bikin saya suka ngikutin ceritanya. Selain itu celetukan-celetukan Justin yang nyeleneh kadang suka bikin ngakak sendiri.
Narasinya dituturkan lewat dua sudut pandang; Emmy remaja perempuan penderita  anoreksia yang Pemarah dan Justin remaja laki-laki yang depresi. Di Heartland Academy mereka bertemu Jenny, Diana, Tracy, dan Chip, anak-anak lain yang dianggap punya masalah seriuas sama keluarganya sehingga dikirim ke Heartland Academy. Mereka berlima bertemu di kelas terapi angry management yang pada akhirnya membuat mereka justru akhirnya saling membantu ‘menyembuhkan’ satu sama lain. Oh, dan masuk Heartland Academy MUAHAL banget.

  • The Paparazzi Project oleh Kristina Springer
Ini soal tragedi yang terjadi di Kelas Komunikasi Interpersonal (Interpersonal Communications Class) yang berlangsung saat kelas itu bikin project buletin mingguan. Jadi semacam buletin gosip gitu sih, cuma artisnya anak kelas itu juga, bukan artis beneran.
Kelas yang terdiri dari 24 orang itu terbagi menjadi tiga peran; penulis berita, paparazi, dan selebriti masing-masing berjumlah delapan orang. Seorang paparazi dan seorang penulis berita akan bekerja sama mengerjakan laporan tiap minggunya.
Livvie Peterson, tokoh utama di cerita ini bertugas sebagai paparazi. Berbekal kamera pribadinya, ia akan membuntuti para selebriti dan mengambil gambar kegiatan yang mereka lakukan. Lalu Livvie akan menyerahkan foto tersebut kepada Chas Montgomery, rekan satu timnya. Trus.. ya begitulah, banyak skandal, walaupun sebenernya remeh temeh apalagi kalo bukan masalah percintaan *Meh!
Konflik muncul ketika Livvie iseng bikin blog anonim dan mempublikasikan project kelasnya itu, dan ternyata banyak yang baca. Sampai satu hari dia mempublikasikan foto super skandal di blognya. Hal itu membuat project buletin kelasnya agak berantakan. Tapi si Livvie ini akhirnya dapet pelajaran mengenai bagaimana media gosip Hollywood bekerja nampaknya.
Yang paling menarik buat saya dari novel ini adalah selipan-selipan laporan project yang ditulis oleh Livvie kepada Mrs. B, guru di kelas Komunikasi Interpersonal. Jadi di kelas itu setiap anak wajib nulis laporan per minggu tentang apa yang ditemukannya atau kesulitan atau hal menarik, selama mengerjakan project buletin ini. Tapi laporannya ga seresmi laporan yang suka saya buat di SMA, malah laporannya semacam nulis diary. Saya suka sistem pendidikan Amerika yang saya temukan di novel-novel, kebanyakan memang pake metode diskusi dan pendekatan personal, bukan dogmatis bahwa buku dan guru selalu benar.

  • The Girl Who Invented Romance oleh Caroline B. Cooney
Kelly adalah remaja putri yang punya orang tua yang selalu menunjukan sisi romantis. Ayahnya selalu ngasih hadiah kecil buat ibunya yang bikin Kelly punya impian suatu saat pengen seperti orang tuanya. Tergila-gila dengan hal-hal romantis, Kelly punya ide untuk bikin sebuah permainan. Kemudian Kelly memodifikasi permainan monopoli menjadi games of romace. Romance bahasa Indonesianya apa sih? Hal-hal romantis? Romansa? Games of Romance kalo diterjemahin jadi Permainan Romansa, gitu ya? *halah!
Permainan yang dibuat si Kelly buat project akhir kelas sosiologinya ini lumayan lucu sih. Jadi satu papan dimainkan oleh empat orang, dua orang perempuan dan dua orang laki-laki. Akan ada enam kartu berisikan nama perempuan dan enam kartu berisikan nama laki-laki.
Sama seperti monopoli, pemain akan menggerakkan bidak sesuai angka yang keluar pada dadu. Bedanya kotak-kotak ini berisi tahapan-tahapan PDKT yang ditempatkan secara acak. Misalnya; Go Bowling, Smile at Him/Her, Go on Date, Broken Heart, dsb. Pemenang dinyatakan menang kalo sampe di kotak Hapily Ever After yang paling ujung. Kalo bidaknya sampe di kotak Broken Heart, berarti dia harus ganti pasangan (ngambil kartu nama lain).
Gitu deh pokoknya, lucu sih ini ide ceritanya.

  • A Straight Line to My Heart oleh Bill Condon
Saya selalu suka sama cerita tentang keluarga yang complicated. Complicated dalam artian tidak umum. Kalo pada umumnya keluarga terdiri dari ayah ibu anak dan cenderung punya ikatan darah. Di novel ini, Tiff (pendekan dari Tiffany) tinggal bersama Reggie dan Bull. Jika dilihat dari kacamata tetangganya, Bull seperti bapak dan Reggie seperti kakek bagi Tiff.
Waktu melahirkan Tiff, ibunya meninggal dan dirawat oleh satu-satunya kerabat ibunya, bibi Debbie. Debbie berteman baik dengan pasangan Nell dan Reggie. Jadi ketika Debbie tidak bisa merawat Tiff karena bekerja, hak asuh Tiff akhirnya diberikan pada Nell dan Reggie. Sebelum menikahi Reggie Nell sudah menikah dengan pria lain dan memiliki seorang anak, yaitu Bull.
Jadi sebenarnya mereka; Reggie, Bull, dan Tiff adalah tiga orang asing yang sudah kehilangan orang-orang yang menghubungkan mereka sebagai keluarga, tapi mereka tetap menjadi keluarga yang saling sayang. Ah, so sweet pokoknya!
Saya suka sekali bagaimana secara emosional mereka saling terikat dan peduli satu sama lain. Ternyata ada loh orang-orang yang memberikan rasa sayang tanpa perlu ada embel-embel ikatan darah! *ngomong sama tembok* 


Dari novel yang saya baca, kebanyakan sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang tokoh perempuan. Jadi sekalinya nemu yang pake sudut pandang laki-laki saya suka exited sendiri. Maka dari  itu, tulisan saya berikutnya akan mengulas novel yang menggunakan sudut pandang tokoh laki-laki. *manhood mode: ON
Share:

2 komentar:

Na Halaw said...

whoop whoop! The Paparazzi Project seems interesting! Btw Garrett gue belom kelar-kelar *jitak pala sendiri*

the trouble said...

Yes it is!
Tapi kalo mau yang ada adegan emosionalnya, gue rekomen ceritanya Bill Condon :')