August 15, 2012

Gara-gara Guguk Salam

Suatu hari di sore yang aneh..


“Liat, Bapak beli guguk!” Suara bokap baru datang berbarengan dengan suara motor bebeknya.


“Mana? Mana?” Sahut adik gue semangat langsung nyamperin bokap di teras rumah.


“Ih, lucu!” Nyokap yang lagi jemur baju ikutan nyaut.


“Wah, ada peliharaan baru nih di rumah, tapi mau di kandangin dimana tuh anjing.” Gue yang lagi di dapur (ketauan banget lagi ga puasa) ikut nyaut dalam hati.


Ga lama kemudian adik gue mendatangi dapur sambil menggendong si anak anjing.


“Liat teh, lucu kan?!” Katanya sambil menyodorkan moncong anak anjing berbulu cokelat muda itu ke muka gue secara tiba-tiba.


“Astagfirulloh!!!” reflek menghindar, gue jatoh ngejengkang mendarat dengan pantat saking kagetnya. Takut anjing itu ngigit atau lebih parah jilatin muka gue.


Bukannya prihatin, adik gue malah ketawa ngakak. Apanya yang lucu, dasar adik durhaka! Gue mengutuk dalam hati. Lambat laun gue mulai menyadari sesuatu, semakin ditatap, pandangan si anak anjing itu semakin kosong. Barulah gue sadar kalo anak anjing itu hanyalah seekor boneka. Sial! Mirip banget.


Ga lama bokap masuk dan langsung ikut-ikutan ketawa denger adik gue cerita peristiwa ngejengkangnya gue. -___-“ (Akhirnya gue sadar, ternyata gue emang bakat jadi anak yang terbully.. *Cih!)


“Lucu kan,“ bokap ngelus-ngelus kepala si anak anjing.


“Kirain beneran anjing, Pak.” Gue ikut-ikutan ngelus si anak anjing, pura-pura seneng. Rasanya pengen gue copot jaitan di tengkuknya pake dedelan biar kepalanya lepas. Tapi gue ga sanggup, seakan dihipnotis tampang unyu si anak anjing itu. (Mulai drama…)


Sementara adik gue masih ketawa ga berenti.


Harga diri gue Meeen!!!


“Heh!” bentak gue galak. Adik gue diem. Bentar doang, abis itu ketawa lagi. Sial!


“Mau dikasih nama siapa guguknya?” Kata nyokap yang tiba-tiba masuk bawa-bawa ember kosong.


“Guk-guk, Guki!” Adik gue nyaut.


“Sekalian aja Juki.” Kata gue langsung keingetan salah satu pemain PPT.


“Guguk Salam.” Jawab bokap mantap.


Hening sesaat.


-_____-"


Guguk Salam? What a world?! Bokap lagi kepengen punya anak lagi ato pegimane sih, gue ga ngerti. Agak aneh aja punya boneka dinamain sama kaya nama gue, seperti derajat gue turun menjadi setara dengan mahluk busa berbulu itu.


Nyokap dan adik gue ketawa, ngakak.


Sementara gue bingung menentukan reaksi, harus ikut tertawa atau pingsan seketika.


Gue memutuskan untuk pingsan.


*****

Malemnya adik gue dan nyokap berdua-duaan di kamar cekikikan. Lagi ngapain pasangan ibu dan anak itu gerangan?  Penasaran, gue masuk. Tau apa yang gue liat? Ternyata mereka berdua lagi berfoto sama si Guguk Salam itu. Seperti biasa, gue langsung bikin ekspresi gini -___-“ dan berdiri di depan pintu sambil ngeliatin pasangan ibu dan anak serta hewan kesayangan imitasi mereka bercengkrama.


“Guguknya lucu ya bu, coba kalo hidup beneran.” Kata adik gue naif, melirik ke arah gue kemudian ke nyokap.


Gue diem.


Nyokap diem.


Gue masih berdiri di pintu. (Trus ?!)


Tiba-tiba adik gue langsung berkata “Hiduplah… hiduplah.. hiduplah..” sambil goyang-goyangin badan si Guguk Salam seperti membaca mantra. Entah berapa tingkat ke-naif-an adik gue yang satu itu, mungkin kalo ada mata kuliah Kenaifan dengan bobot SKS 6 sekalipun, adik gue akan dapet nilai A++. Saking naifnya.


“Heh, Jangan! Kalo hidup beneran ibu yang takut!” nyokap ngomel.


Adik gue manyun.


FYI, sampai saat ini pun si Guguk Salam masih jadi primadona di rumah. Dipegang dan dielus-elus. Kadang diajak ngobrol, ga cuma sama adik gue yang mengharapkan dia hidup, tapi sama semua penghuni rumah. Mau liat mahluknya seperti apa? Ini dia..

                                                        Guguk Salam. Imut,  mematikan.

**Pesan moral: Jangan beli boneka anjing.


Share:

Buka dan Sahur On The Road Bareng KPAJ


Jumat (10/8) lalu gue berkesempatan membantu kru KPAJ (Komunitas Peduli Anak Jalanan) yang sedang mengadakan acara Buka dan Sahur On The Road. Acara ini dipimpin langsung oleh saudara Dedy Puguh sekaligus pendiri KPAJ. Sebenarnya acaranya terbagi dua, berawal dari pembagian makanan berbuka untuk penghuni jalanan kota Bekasi yang kemudian dilanjutkan ke acara sahur on the road yaitu pembagian makanan sahur untuk penghuni beberapa ‘hot spot’ di kota Jakarta. Seperti Stasiun Tebet, Pasar Raya, Monas dan Lainnya. (yang ini gue aga lupa rutenya.) 

Setelah acara yang pertama, yaitu berbagi 100 kotak makanan berbuka ke beberapa daerah di Bekasi seperti di GOR Bekasi, Stasiun Bekasi, dan di Sekitaran Lampu Merah UNISMA, kami istirahat sejenak memersiapkan diri untuk lanjut ke acara sahur. Kami mulai dari mempacking baju bekas layak pakai ke dalam beberapa plastik kecil dengan berisi minimal 2-3 helai pakaian yang menghasilkan 160 bungkus lebih, menyelesaikan beberapa buku KPAJ, dan menyiapkan 100 kotak nasi lagi yang nantinya akan dibagikan kepada yang membutuhkan.

Kira-kira jam setengah dua pagi kami lepas landas dari UNISMA berawakan 10 motor, termasuk 2 motor sebagai guide dan blocker, (apalah istilahnya itu, intinya tugas 2 motor besar itu adalah untuk menjaga barisan konvoy, supaya stay in track. Kurang lebih begitu.) dan satu mobil sebagai pembawa amunisi. Ngomomg-ngomong pasukan kami datang dari komunitas yang berbeda, ada yang datang dari FORBIK UT (Forum Belajar Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka), ada juga yang datang dari HIMATRIS UNISMA (Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Islam 45 Bekasi) dan lainnya. (Yang belum kesebut nyusul ya..)

Well, ini adalah kali pertama gue ikut acara sahur on the road atau semacamnya. Dan yang bikin gue tercengang adalah pas mulai masuk daerah perkotaan Jakarta, di tiap pinggir jalan sudah banyak para penghuni jalanan yang standby seperti sudah diaba-abakan kalau kami akan lewat. Tapi kami tidak berhenti dan memberi makanannya. Sesaat kemudian gue baru tau kalau orang-orang itu memang sengaja nge-tem di jalanan biar dapat jatah makanan lebih banyak. Benar saja, ga lama berselang kami mulai bertemu pasukan konvoy lain yang jumlahnya 2X atau 20X lebih banyak dari pasukan kami. Intinya banyak banget!

Bayangkan saja, tiap ada yang konvoy lewat dan mereka dapat bagian, dikalikan banyaknya grup konvoy yang lewat. Salah satu kru KPAJ mengatakan bahwa mereka-mereka adalah orang yang berlebih, yang sebenarnya sudah dapat jatah banyak makanan dari tiap convoy yang lewat. Untung saja pasukan kami cukup bijak dengan menargetkan beberapa spot tak tersentuh di Jakarta. Jadi target pembagiannya pun tepat, mudah-mudahan ya Alloh..

Gue sempat shock ketika ketika kami berhenti di daerah Kampung Melayu (kalo ga salah, lupa lagi kan bagian ini. Payah ah.) Waktu mobil parkir di pinggir jalan, sejumlah anak kecil dan ibu-ibu mulai berdatangan dari segala penjuru. Pada awalnya pembagian makanan, pakaian, dan buku berlangsung tertib. Suasana mulai sedikit kacau saat masa bertambah dan berusaha menggambil sendiri makanannya. Beberapa kru KPAJ harus berjaga-jaga di sekeliling mobil untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi syukurlah keadaan dengan mudah ditertibkan kembali.

Rencana awalnya begini, kami (panitia) akan sahur di Monas setelah itu langsung caw untuk beristirahat serta solat di Masjid Istiqlal. Tapi rencana berubah total karena kondisi Monas yang penuh sesak oleh orang-orang yang entah mereka sedang konvoy atau sekedar ingin melihat tugu putih yang berwarna-warni di kala gelap itu. Jadi rencana saur di Monas gagal pemirsa. 

Adalah seorang peserta konvoy yang ternyata kebelet pipis, dan orang itu adalah gue. Tadinya udah pada mau saur dipinggir jalan yang gelap tuh, berhubung yang kebelet pipis ga bisa pipis sembarangan, akhirnya terpaksalah dicarikan tempat yang sepatutnya, toilet umum. Tibalah kami di Pom Bensin (Daerahnya lupa, ga notice lagi gue.) Pom Bensin itu sekaligus jadi tempat istirahat dan tempat makan sahur panitia jadinya.

Kurang lebih jam 4 a.m kami bertolak lagi ke Bekasi sambil membagikan beberapa bungkusan pakaian yang hanya tiggal beberapa kepada orang-orang yang membutuhkan yang kami temui di jalan pulang. Setelah selesai, kami berkumpul sebentar di UNISMA untuk evaluasi dan berdoa karena acara berjalan sukses tanpa ada halangan yang berarti. Sekian laporan semi resmi dan semi ngaco versi Uki, yang waktu itu kebelet pipis. Okesip.

Sumpah, ga bakat jadi reporter gue -___-“
Share: